Tuesday, July 12, 2011

Anatomi Sistem Pernafasan Dan Anestesi (BAGIAN 2)

Bookmark and Share

BRONCHUS : 

Bifurcatio trachea pada carina tak simetris, bronchus kanan lebih lebar dan lebih mendekat  ke garis tengah.


Bronchus kanan : Lebih pendek kira-kira 2.5 cm, diameternya lebih besar dari yang kiri, membentuk sudut 25 derajat dengan trachea, jadi lebih curam.


Memasuki paru kanan setinggi vertebra thoracalis V. 
Pipa tracheal maupun corpus alineum lebih mudah memasuki bronchus kanan.


Bronchus kiri    : Lebih panjang kira-kira 5 cm, diameternya lebih sempit dari yang kanan, membentuk sudut 45 derajat dengan trachea, tetapi anak dibawah 3 tahun sudut bronchus kanan dan kiri sama besarnya.


Jika pipa tracheal masuk kedalaman selalu kekanan sehingga distribusi gas anestesi dan oksigen hanya keparu kanan dan paru kiri kempes berbahaya buat pasien, untuk itu setiap melakukan intubasi pastikan kedudukan ujung distal pipa tracheal dengan auscultasi  suara pernafasan simetris paru kanan & kiri.

Bronchioles :  


Merupakan cabang bronchus karakteristiknya tak dijumpai certilago dan pita-pita muscular pada dindingnya, sehingga lebih gampang tertekan akan tetapi dapat dicegah karena lokasinya tertanam dalam parenchyme paru dan sifat elastic recoil dari septa alveolar membuatnya tetap terbuka. Dengan demikian ukuran diameter yang sebesar 1 mm langsung berhubungan dengan volume paru dan tak banyak dipengaruhi tekanan intrathorak seperti bronchus. Sampai level ini fungsi utamanya adalah penghantar udara (conducting airway) dan disupply oleh cabang-cabanng sistemik vascular melalui circulasi bronchial sedangkan lewat level ini disupply oleh circulasi pulmonal.

Respiratory bronchioles :


Merupakan daerah transisi antara bronchioles dan ductus alveolaris, karakteristiknya mulai ada alveolar budding didindingnya. Sebelum level ini epitelnya berbentuk cuboid, tetapi pada level ini berangsur-angsur jadi picak, dan akhirnya sama dengan epitel ductus alveolaris, pertukaran gas sudah dimulai di level ini.

Alveolar ducts dan alveolar sacs :


Tak ada perbedaan fungsionil antara keduanya, dibatasi oleh epitel alveolar. Sepanjang alveolar ducts didapati cincin terbuat dari septa alveolar. Septa ini berisi cell-cell otot polos dapat berkontraksi menyebabkan menyempitnya lumen ductus. Satu-satunya perbedaan antara alveolar ducts dan sacs dimana alveolar sacs buntu. Separoh dari alveoli keluar dari ductus dan separohnya dari alveolar sacs.

Alveoli :


Lebih besar pada paru bagian atas daripada bagian bawah karena pengaruh gravity, diameter rata-rata 0,2 mm. 


Dinding alveolar diantara dua alveoli yang bersentuhan terdiri dari dua lapisan epitel alveolar masing-masing dengan basement membrane terpisah menutupi jaringan kapiler dimana kapiler ini tertanam diantara serabut elastik, collagen, otot-otot polos dan nerves. 


Dengan demikian satu molekul gas melewati dari sebelah dalam alveoli ke darah harus menyeberang menuruti lapisan-lapisan ini:


1. Lapisan tunggal epitel alveolar dengan basement membrane.
2. Ruangan yang berisi elastic/collagen tissue.
3. Basement membrane dan cell endotel dari kapiler.

Banyaknya elastic tissue pada alveoli membuat sifat elastic recoil dari paru yang berfungsi pada waktu expirasi. Serabut otot-otot polos yang mengelilingi airway hanya sampai respiratory bronchioles. Ini berperan seperti sphincter kalau berkontraksi menyebabkan gerakan peristaltik untuk mengeluarkan benda asing yang mengiritasi. Peristaltik ini ditekan oleh opiat. Sedangkan ciliated epithelium yang membatasi hanya sampai terminal bronchioles.


Yang mempunyai gerakan seperti gelombang menyerupai cornfield in breeze (ladang
gandum di hembus angin). Kerjanya diluar kontrol syaraf pusat di depres oleh general anestesi.

Primary lobule / Functional unit :


Area paru yang disupply respiratory brochioles, tiap unit berdiameter 3,5 mm dan mengandung 2000 alveoli.


Setiap primary lobule terdiri dari :


a. Respiratory bronchioles
b. Alvolar ducts
c. Alveolar sacs
d. Pulmonary Alveoli


Paru-Paru (Lung) :


Terdiri dari paru kanan dan kiri.


Setiap paru terdiri dari :  Bronchus dan cabang-cabangnya.
                                             Arteri Pulmonalis
                                             Vena Pulmonalis
                                             Pembuluh-Pembuluh Bronchial
                                             Lymph Glands.
Paru kanan terdiri dari :  

3 lobus : a. lobus superior  - 3 segment
              b. lobus media     - 2 segment
              c. lobus inferior   - 5 segment


Paru kiri terdiri dari :

2 lobus : a. lobus superior     -5 segment
              b. lobus inferior       4 segment

Pleura                                       


Masing-masing paru terbungkus dari hillus dalam kantong tertutup disebut pleura yang terdiri dari :               


a.Pleura visceralis
b.Pleura pariethalis


Pada waktu istirahat sifat elastic recoil paru dan dinding thorak cenderung memisah-misahkan kedua pleura dan menghasilkan tekanan negatif dalam ruangan antara pleura dibawah satu atsmosfer. Jadi tekanan negatif ini disebabkan elastic recoil paru dan resistensi yang diberikan dinding thorak terhadapnya dimana waktu expirasi tekanan negatif -(5-8)mmHg sedangkan waktu inspirasi 10-15 mmHg.


Tekanan negatif ini juga mempertahankan bentuk dari diaphragma dan memudahkan masuknya darah kedalam vena-vena besar di thorak sehingga ketika tekanan negatif ini menjadi positif seperti mengeluarkan nafas sambil menutup glottis ketika defekasi ,akan menghalangi masuknya darah kevena-vena besar dalam thorak, terjadi bendungan vena-vena diluar thorak akibatnya venous return menurun.


Tekanan negatif ini bervariasi menurut daerah dalam pleura dan posisi individu. Pada waktu posisi duduk tekanan pleura dekat apex paru - 8 cmH2O dan pada basis paru - 2 cmH2O, ini disebabkan lobuis superior paru lebih mengembang dari pada lobus inferior dimana ukuran alveolar lobus superior paru lebih besar dan kepadatannya agak berkurang. Dalam cavum pleura ada cairan sedikit kira-kira 2 cc berguna sebagai pelumas dan juga sebagai bantalan terhadap tekanan spontan diantara dinding thorak dan paru.


Dengan adanya cairan tersebut gerakan naik turun diaphragma tak hanya mengembangkan bagian bawah paru saja tetapi juga seluruh paru. Jika thorak dibuka pada kedua sisi paru perlu tekanan sebesar 7 mmHg melalui trachea mencegah collapsnya paru.


Pleura pariethalis kaya dengan lymhatics yang mengalirkan cairan pleura, protein dan partikel-partikel, dalam keadaan normal mungkin tak begitu berfungsi tetapi dalam mekanisme darurat cukup berperan.

Otot-otot pernafasan :


Terdiri dari inspiratory muscle dan expiratory muscle.


A. Inspiratory muscle :


1. Principle muscle  :


a. Musculus intercostalis externus.
b. Diaphragma
c. Musculus levator costarius.


2.Ascessory muscle :


a. Musculus scaleneus.
b. Musculus sternomastoideus
c. Musculus trapezeus
d. Musculus pectoaralis minor.
e. Otot-otot punggung.

B.Expiratory muscle :


Yang paling penting :


1. Abdominal Muscle :
        a. Musculus obliqus externus
        b. Musculus obliqus internus
        c. Musculus transversus abdominus
        d. Musculus rectus abdominus


2. Musculus Intercostalis Internus.

Kontraksi otot-otot pernafasan menyebabkan gerakan aktif dari iga sedangkan gerakan pasif oleh karena elastisitas paru dan dinding thorak sendiri. Otot-otot pernafasan inspirasi yang ascessorius hanya ikut aktif bila ventilasi lebih besar dari 50 liter permenit. Yang paling penting dari inspiratory muscle adalah otot-otot diaphragma, dimana pada pernafasan tenang mungkin hanya diaphragma saja yang aktif.


Diameter cross section thorak setinggi diaphragma lebih 250 cm3 yaitu setengah jumlah tidal volume. Jika semua otot-otot pernafasan lain mengalami paralise seperti kedalaman anestesi maka diaphragma sendiri dapat mempertahankan pernafasan adekuat.


Diperkirakan setiap inspirasi gerakan diaphragma secara vertikal sejauh 10-12 cm, Diaphragma di inervasi nervus phrenicus dari cervicla IV.


Otot pernafasan expirasi hanya berfungsi selama pernafasan berat atau obstruksi jalan nafas.


Kontraksi otot-otot abdomen menaikkan tekanan intra abdominal mendorong diaphragma ke atas juga menekan pinggir bawah rusuk.


Ini juga aktif selama batuk, mengejan, muntah dan hiperventilasi. Otot-otot expirasi inaktif pada permulaan anestesi tak masalah bagi orang sehat tapi akan menyulitkan pasien dengan penyempitan jalan nafas.

Kesimpulan :


Telah dikemukakan secara sederhana anatomi tractus respiratorius serta organ-organ yang menunjang sekitarnya dimana perubahan disekitarnya haruslah diantisipasi dapat merubah anatomi dari tractus respiratorius maupun fungsinya. Dan sebaiknya dievaluasi pre operatif
agar tak keliru apakah akibat tindakan pembedahan atau trauma anestesi atau mencegah penyulit perioperatif.


Dikemukakan pula alasan penempatan pipa trachea, ukuran yang ideal, lokasi tracheostomi,
serta posisi penderita tidak sadar, muntah dan lain-lain.

Referensi :

1. Atkinson, Rushman and Lee: Synopsis of Anesthesia, 8th edit, The English Book Society John Wright & Sons,Bristol.1972 pp 54-9.

2. Brown All, Introduction to Respiratory Physiology, 2nd edit, Little Brown and Company,Boston, 1974, pp 5-16.

3. Cunningham, Text Book of Anatomy 9th edit, Oxford Medical Publication, London, NewYork,Toronto, pp 690-704.

4. Goudsouzien, G.N. Karamanian A, Physiollogy for the Anesthesiologist, Appleton Century Crofts, Newyork, 1977, pp.121-5.

5. Snow C. John : Manual of Anesthesia, Asian edition, Little Brawn and Company, Boston,Igaku Shoin Ltd  Tokyo, 1977, pp.312-13.

0 comments:

Post a Comment

T E R B A R U

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...