Tuesday, August 30, 2011

Perawatan Masa Pulih Sadar/Pasca Anestesi (BAGIAN 1)

Bookmark and Share

MATERI KULIAH PROGRAM LATIHAN PERAWAT  ICU/CCU RUMAH SAKIT TELOGOREDJO SEMARANG
dr  Abdul Lian   RS Telogorejo Semarang


Pendahuluan :  


Perawatan pada masa pemulihan paska anestesi dilakukan di ruang pulih sadar (recovery room) dan dalam kondisi tertentu dilanjutkan di ruang unit intensif.


Kamar pulih sadar merupakan perluasan kamar operasi, harus terbuka sepanjang hari dan pengamatan secara intensif dilakukan didalamnya.


Ini penting dimaklumi bahwa selama masa pulih sadar penyulit pasca operasi /anestesi sering terjadi malah lebih sering kekerapannya dibandingkan masa induksi maupun durante operasi.


Hal ini bisa dimengerti karena pada masa transisi tersebut kesadaran penderita belum pulih secara sempurna sehingga kecenderungan terjadi sumbatan jalan nafas lebih besar ditambah lagi reflex perlindungan seperti reflek batuk, muntah maupun menelan belum mantap kemungkinan terjadi aspirasi sangat riskan dimana pengaruh obat anestesi dan trauma pembedahan masih belum hilang yang masih mengancam status respirasi dan kardiovaskular penderita.


Upaya pengamatan yang amat cermat terhadap tanda-tanda vital penderita merupakan modal dasar yang amat ampuh dalam mencegah penyulit yang tidak diinginkan.


Keterlambatan dalam mendeteksi terjadinya penyulit membuat langkah tindakan yang diambil menjurus ke arah yang sia sia belaka, disinilah letak peranan perawat intensif yang sangat menentukan keberhasilan upaya penyelamatan penderita gawat darurat.

SASARAN :


Yang ingin dicapai adalah mengurangi bila mungkin mencegah berkembangnya penyulit yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan kematian atau perluasan penyakit yang sudah ada.

Contoh : 


Penderita yang semula keadaan umumnya baik tiba-tiba meninggal karena obstruksi jalan nafas oleh lidahnya sendiri karena posisi kepala yang tidak benar.

SYARAT :


Untuk mencapai sasaran yang diinginkan perlu dipertimbangkan :
a.Kondisi ruangan yang mantap   
   Jarak dari ruang bedah dekat dan bebas hambatan 
   (penghematan waktu dalam kecepatan mengambil 
    tindakan).
    Penerangan yang cukup sehingga setiap perubahan segera 
    cepat terlihat. 
    Kebersihan setaraf kamar bedah mencegah kontaminasi 
    dan perlengkapan/fasilitas yang sempurna.

b.Kondisi personal yang adekuat/cukup :
   Terampil dalam bidang gawat darurat. 
   Jumlahnya cukup, minimal satu perawat untuk tiga 
    penderita bila banyak penderita yang kritis diharapkan 
    satu perawat untuk dua penderita atau bila perlu untuk 
    satu penderita, bila mungkin perawat cadangan selalu 
    dipersiapkan.

Perlengkapan :


Makin sempurna perlengkapan yang tersedia makin baik hasil yang dicapai asal kualitas pengelolaannya juga baik terutama dedikasinya.

Alat resusitasi :
- Air viva ( Ambu bag ) harus tersedia untuk dewasa/anak 
  dan bayi untuk memberi nafas bantu bila diperlukan.
  Pipa oro faring ( Guedel airway) atau nasofaring.
  Pipa oro/naso faring berbagai ukuran, untuk membebaskan 
  jalan nafas terutama karena sumbatan oleh lidah yang 
  jatuh kebelakang menutup faring pada pasien tidak sadar 
  sekaligus mempermudah pembersihan lendir dimulut 
 /rongga faring tanpa membuka mulut pasien dan mencegah 
  lidah tergigit bila pasien kejang.


Untuk penderita obese(gemuk) tampaknya pipa nasofaring lebih terpilih. Pipa oro faring yang terlalu panjang malah bisa menutup glottis sedang bila terlalu pendek maka pangkal lidah lebih menyumbat, untuk itu ukuran masing-masing orang harus disesuaikan.


Pipa orofaring yang terbaik bila digigit pasien tak akan menutup saluran udara. Hati-hati penderita setengah sadar dengan kondisi hipoksia/hiperkarbia cenderung terjadi vagal reflek berupa spasmolaring bila jalan nafas dirangsang baik oleh pengisapan lendir atau pemasangan pipa oro/naso
faring.Bila terjadi spasmo laring berikan ventilasi bantu dengan pemberian 0ksigen 100%.

Pipa (oro dan naso) trakea :


Dipasang bisa lewat mulut atau hidung( lebih lunak dan lobang distal bentuk ellips).
Ukuran sesuaikan dengan umur, postur biasanya diameter kelingking pasien.


Penting untuk : 


- membebaskan jalan nafas
- memberikan nafas bantu baik manual maupun ventilator
- mempermudah membersihkan jalan nafas (bronchial 
  toilet)memberikan hiperventilasi untuk terapi tekanan 
  intra kranial.

Ventilator :
Alat bantu nafas otomatis menghemat tenaga personil.
Pemasangan alat ini memerlukan keterampilan dalam menentukan settingnya.

Defibrilator:
Penting untuk terapi kasus ventrikel fibrillasi atau tachycardi.

Cairan infus dan infus set:
Terutama cairan kolloid,kristaloid /elekrolit.


Cairan dextrose 5% tak mendapat tempat dalam resusitasi karena akan dihidrolisa gulanya sementara tinggal air yang akan memasuki sel otak yang memperberat odem otak akibat hipoksianya sendiri.


Pemasangan infus sebaiknya dilengan untuk mengurangi bahaya phlebitis apalagi untuk jangka panjang.


Untuk keperluan transfusi jarum infus diameter besar  lebih menguntungkan karena bila  tetesan cepat dibutuhkan dalam kondisi shock hypovolemia. Bandingkan bila infus ditinggikan dua kali maka kecepatan infus tetesan infus akan dua kali lipat sementara bila diameter jarum infus
dua kali lebih besar maka kecepatan tetesan infus bisa 16x lipat.


Dalam keadaan darurat vena jugularis externa boleh dipilih bila vena perifer lainnya kollaps.


Elektrocardioskop:


Untuk memantau aktifitas listrik jantung terutama keadaan aritmia sehingga terapinya lebih terarah sesuai dengan jenis aritmianya.


Sumber oksigen :


Tabung atau sentral.


Setiap penderita tak sadar harus diberi oksigen.
Cara menggunakannya sesuai dengan alat yang tersedia dan besarnya konsentrasi tergantung kebutuhan penderita.
Bahaya keracunan oksigen perlu dipertimbangkan dalam pemberian oksigen konsentrasi tinggi,dalam waktu yang lama namun harus punya prinsip bila konsentrasi tinggi diperlukan jangan takut memberikannya asal dipantau dengan baik,karena biarlah paru jadi kaku sebab kelebihan oksigen daripada otak jadi bubur karena kekurangan oksigen.


Saturasi oksigen darah dipantau untuk mengetahui ada
nya hipoksia secara dini sebab cyanosis adalah gejala
hipoksia yang berat.


Alat penghisap lendir :


Mesin penghisap
Kateter penghisap steril
Sarung tangan steril
Penghisap lendir untuk mulut harus dipisahkan dengan penghisap untuk lendir dihidung karena disamping kurang manusiawi juga resiko infeksi tinggi.


Alat pemeriksaan rutin :


Tensimeter,termometer,stetoskop,Hb meter,senter dan gelas ukuran untuk mengukur produksi urine.
Alat lain sebagai tambahan tapi penting adalah :
Vena sectie set,tracheostomi set,bronchoscope,humidi
fier,sonde lambung dan kateter urin.


Obat darurat :


Paling utama adalah adrenalin,sulfas atropin,natrium bikarbonas dan calcium chlorida.


Yang penting berikutnya adalah :


Vasopressor(epedrine,noradrenalin,metaraminol),cardiotonika(dopamin,dobutamin,cedilanid),antiaritmia(lidokain), 
bronchodilator(aminopilin),antikejang(penthotal,diazepam,phenytoin),anti histamin(delladril),corticosteroid(cortison asetat,dexamethason,methylprednisolon),analgetik(morfin,pethidin,fentanil) dan pelemas otot.


Perlengkapan umum :


Minimal dua telepon dan call system.
Selimut panas dan dingin.
Kereta pengangkut pasien post operasi minimal satu setengah kali jumlah kamar operasi.


bersambung

0 comments:

Post a Comment

T E R B A R U

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...