1.Hipertensi
Kontinuitas monitoring CVP/BP selama operasi dan post operasi sampai stabilitas sirkulasi terjamin.
Harus diingat bahwa selama induksi, intubasi, perubahan posisi, irisan bedah, manipulasi tumor bisa terjadi kenaikan BP yang hebat. Kenaikan tekanan sistolik sampai 250 torr atau lebih, yang berlangsung minimal satu menit ditetapkan sebagai hipertensi krisis.
Harus diingat bahwa selama induksi, intubasi, perubahan posisi, irisan bedah, manipulasi tumor bisa terjadi kenaikan BP yang hebat. Kenaikan tekanan sistolik sampai 250 torr atau lebih, yang berlangsung minimal satu menit ditetapkan sebagai hipertensi krisis.
Dalam keadaan ini bisa dikontrol dengan:
a.Phentolamin lebih disukai daripada phenoksibenzamin
karena durasi aksinya lebih singkat.
karena durasi aksinya lebih singkat.
- Mulai dengan 2mcg/kg/menit infus ,30-40 menit
sebelum tumor dieksisi sebaiknya distop untuk mencegah
hipotensi post ektirpasi, sering diikuti takikardi.
sebelum tumor dieksisi sebaiknya distop untuk mencegah
hipotensi post ektirpasi, sering diikuti takikardi.
Tetapi Desmont et all 1964-1976 dari penelitian 102
kasus diantaranya 19 kasus dengan kenaikan tekanan
sistolik >250 mmHg selama operasi, tidak diberikan
obat antihipertensi apapun, tetapi berhasil baik sebab
tensi akan turun sendiri waktu post ekstirpasi tumor.
kasus diantaranya 19 kasus dengan kenaikan tekanan
sistolik >250 mmHg selama operasi, tidak diberikan
obat antihipertensi apapun, tetapi berhasil baik sebab
tensi akan turun sendiri waktu post ekstirpasi tumor.
b. Nitropruside :
- Infus dalam konsentrasi 40 mcg/cc cukup effektif
menkontrol hipertensi durante operasi.
menkontrol hipertensi durante operasi.
Dosis yang digunakan 0,5-10 mcg/kg/menit,pemberian
nya dengan cara titrasi pertama diberikan 200 mcg/kg
lewat infus dengan kecepatan 0,1cc/menit kemudian
didouble kecepatannya tiap dua menit sampai tensi turun
bila sudah tercapai infus distop sampai tensi naik lagi.
nya dengan cara titrasi pertama diberikan 200 mcg/kg
lewat infus dengan kecepatan 0,1cc/menit kemudian
didouble kecepatannya tiap dua menit sampai tensi turun
bila sudah tercapai infus distop sampai tensi naik lagi.
Obat ini untungnya cepat onsetnya dan singkat durasi
aksinya, tak pernah ada takikardi.
Hipotensi yang terjadi akibat nitropruside dapat dikontrol
secara mudah dengan mengurangi kecepatan infus dan
volume transfusi, kalau hipotensi bertahan sebaiknya infus
distop saja.
aksinya, tak pernah ada takikardi.
Hipotensi yang terjadi akibat nitropruside dapat dikontrol
secara mudah dengan mengurangi kecepatan infus dan
volume transfusi, kalau hipotensi bertahan sebaiknya infus
distop saja.
Begitupun bila tensi kembali normal setelah beberapa
menit pemberian obat distop.
Merupakan vasodilator arteri dan vena sehingga dapat
menurunkan after load pada gagal jantung kongestif selain
tekanan arteri menurun juga curah jantung sering lebih
baik.
Sebagai alternatif bisa digunakan nitrogliserin(NTG)
50 mg dalam 250 ccD5% dengan kecepatan infus 0,5-5 mcg
/kg/menit.
menit pemberian obat distop.
Merupakan vasodilator arteri dan vena sehingga dapat
menurunkan after load pada gagal jantung kongestif selain
tekanan arteri menurun juga curah jantung sering lebih
baik.
Sebagai alternatif bisa digunakan nitrogliserin(NTG)
50 mg dalam 250 ccD5% dengan kecepatan infus 0,5-5 mcg
/kg/menit.
Desmont et all 194-1976 memberikan trimetaphan pada 3
kasus ternyata mnimbulkan aritmia serius multiple ventri
kular esktra sistole, ventikular takikardi diatasi dengan
infus procain amide dan satu pasien dengan iv propranolol.
kasus ternyata mnimbulkan aritmia serius multiple ventri
kular esktra sistole, ventikular takikardi diatasi dengan
infus procain amide dan satu pasien dengan iv propranolol.
2. Hipotensi :
a. Reseksi tumor menyebabkan penurunan yang cepat
konsentrasi katekolamin dalam darah sehingga terjadi
hipotensi mendadak.
konsentrasi katekolamin dalam darah sehingga terjadi
hipotensi mendadak.
b. Anestesi yang dalam juga berperan mendepresi sistem
kardiovaskular.
kardiovaskular.
c. Perdarahan dan hipovolemia bisa terjadi selama operasi
harus segera diganti.
harus segera diganti.
d. Overdosis obat anti hipertensi yang diberikan membuat
hipotensi.
hipotensi.
Keadaan ini bisa diatasi dengan :
Obat-obat vasokonstriktor seperti phenylefrine atau metaraminol infus untuk menormalisir tekanan darah.
Penambahan volume intra vaskular dengan koloid atau kristaloid namun penggantian darah yang hilang adalah terapi yang terbaik.
Ca Chlorida 3mg/kg iv juga dapat digunakan.
Pemberian nor adrenalin dalam situasi begini harus hati hati karena bisa menutupi kesan perdarahan didaerah operasi post operatif, dan nor adrenalin tidak efektif bila alpha receptor telah lebih dahulu diblock obat penghambat alpha (alpha blocker).
Tetapi dengan pemberian alpha metilparathyrosin effektivi
tas nor adrenalin bisa meningkat.
tas nor adrenalin bisa meningkat.
Pemberian nor adrenalin harus cepat distop biarkan tekanan darah stabil sendiri.
3.Aritmia :
Monitoring ECG yang kontinu sangat penting untuk menditek
si sekaligus mengobati adanya aritmia.
Takhikardi dan aritmia ventrikular paling sering terjadi selama anestesi/pembedahan.
Sinus takhikardi bisa dikontrol dengan propranolol 0,25-0,5 mg iv sampai total 1-5 mg selama operasi.
Harus diingat kontra indikasi relatif pemakaian propranolol adalah gagal jantung dan asthma brochiale dalam 102 kasus penelitian Desmont et all satu kasus mengalami aritmia sampai henti jantung setelah pemberian 3mg iv proprano
lol perlahan lahan.
si sekaligus mengobati adanya aritmia.
Takhikardi dan aritmia ventrikular paling sering terjadi selama anestesi/pembedahan.
Sinus takhikardi bisa dikontrol dengan propranolol 0,25-0,5 mg iv sampai total 1-5 mg selama operasi.
Harus diingat kontra indikasi relatif pemakaian propranolol adalah gagal jantung dan asthma brochiale dalam 102 kasus penelitian Desmont et all satu kasus mengalami aritmia sampai henti jantung setelah pemberian 3mg iv proprano
lol perlahan lahan.
Pada penelitiannya sinus takhkardia yang terjadi tidak perlu diterapi asalkan toleransi hemodinamik adekuat sebab biasanya hilang sendiri setelah esktirpasi tumor.
Untuk mengontrol ventrikular aritmia berikan lidokain 50-100 mg iv, dan teruskan dengan infus satu gram lidokain dalam D5% dengan kecepatan 1-4 mg/menit.
Untuk mengontrol ventrikular aritmia berikan lidokain 50-100 mg iv, dan teruskan dengan infus satu gram lidokain dalam D5% dengan kecepatan 1-4 mg/menit.
PENGELOLAAN POST OPERATIF:
Selama post operatif monitoring BP/ECG harus kontinu sam
pai terjamin stabilitas hemodinamik.
Penambahan volume intra vaskular harus hati hati mence
gah overload dan bila terjadi hipotensi diobati dengan vasopressor dan penambahan volume intra vaskular.
Pemeriksaan BGA dan serum elektrolit adalah keharusan.
Jika adrenalectomi juga dilakukan maka penggunaan hidrokortison propilaktis merupakan indikasi.
pai terjamin stabilitas hemodinamik.
Penambahan volume intra vaskular harus hati hati mence
gah overload dan bila terjadi hipotensi diobati dengan vasopressor dan penambahan volume intra vaskular.
Pemeriksaan BGA dan serum elektrolit adalah keharusan.
Jika adrenalectomi juga dilakukan maka penggunaan hidrokortison propilaktis merupakan indikasi.
KEPUSTAKAAN:
1. Sumikawa Koji, Amikata Y; The Pressor effect of
Dropridol on a Patient with Phaeochromocytotoma, The
Journal American Society of Anesthesilogist.
Dropridol on a Patient with Phaeochromocytotoma, The
Journal American Society of Anesthesilogist.
2. Bittor AD; Innovar induced hypertensive Crises in Patient
with Phaochromocytoma, The Journal American Society
of Anesthesiologist, April 79
with Phaochromocytoma, The Journal American Society
of Anesthesiologist, April 79
3. Tierner CW, Ilett KF; Mechanism of hypertensive effect
of dropridol in Phaeochromocytoma The Journal
American Society of Anesthesiologist, nov 78.
of dropridol in Phaeochromocytoma The Journal
American Society of Anesthesiologist, nov 78.
4. DesmontJM,Remond P; Anesthetic management patient
with Phaeochromocytoma ,British Journal Anesthesia,
october 77.
with Phaeochromocytoma ,British Journal Anesthesia,
october 77.
5. Maddern PJ,Davis NJ; Case report ,Paheochromocytoma
Aspect of Management ,Anesthesia and Intensive Care,
May 76.
Aspect of Management ,Anesthesia and Intensive Care,
May 76.
6.Russel WJ, Morris RG ; Changes in plasma catecholamine
concentration during endotracheal intubation, British
Journal of Anesthesia, August 1981.
concentration during endotracheal intubation, British
Journal of Anesthesia, August 1981.
7. Smith s, David levitt j : Induction of Anesthesia in a
Patient with Undiagnosed Phaeochromocytoma, The
Journal American Society of Anesthesiologist, nov 78.
Patient with Undiagnosed Phaeochromocytoma, The
Journal American Society of Anesthesiologist, nov 78.
8. Githered manfred, Johanes: Inhibition of adrenal medullary catecholamine secretion by Enflurane The Journal American Society of Anesthesiologist, june 77.
0 comments:
Post a Comment