Monday, June 20, 2011

Pengelolaan Kegagalan Pernafasan (BAGIAN 2)

Bookmark and Share

PULMONARY TOILET

Prinsipnya mobilisasi dan pengeluaran sekret jalan nafas agar :


a. Kebebasan jalan nafas terjamin.
b. Sumber pembiakan bakteri dicegah.


Untuk mempermudah pulmonary toilet/bronchial toilet, intubasi merupakan indikasi.


Dengan fasilitas intubasi banyak yang bisa dicapai antara lain :


- Airway control pada pasien koma
- Mencegah aspirasi
- Pemberian O2 yang excessive
- Untuk ventilasi tekanan positif bila diperlukan.
- Keperluan pulmonary toilet

Ada beberapa cara :


1. SUCTION NASO TRACHEAL :

Minimal dilakukan satu kali tiap jam pada pasien yang tak bisa batuk, koma atau dengan bantuan ventilator.


Penghisap (catheter) yang dipakai harus steril tak boleh dicampurkan untuk membersihkan mulut dan jalan nafas.


Petugasnya harus pakai sarung tangan steril.


Sebelum jalan nafas  dibersihkan lakukan hiperventilasi dulu dengan O2 100% sebanyak sepuluh kali.


Penghisap harus ditekuk dulu sebelum mencapai lokasi sekret agar reserve O2 yang ada dalam alveoli tak terhisap menyebabkan atelektasis.


Lamanya pengisapan maksimal 15 detik selesai pengisapan lakukan lagi hiperventilasi.(3)


Sekret yang kental bisa diencerkan dengan 5 cc H2O dimasukkan kepipa tracheal biarkan selama 5 kali inspirasi ,kemudian lakukan pengisapan.


Untuk membantu mengencerkan sekret bisa diberikan mukolitik dengan bantuan nebulizer.

2. POSTURAL DRAINAGE DAN POSISI PASIEN :


Merubah posisi  pasien sebesar 90 derajat minimal dilakukan setiap 2 jam, bila mungkin headdown atau posisi tengkurap(prone) untuk memudahkan drainage sekret disamping mencegah dekubitus, pada lokasi sekret tertentu memerlukan posisi khusus, seperti pada segment anterior lobus kanan atas dibutuhkan posisi telentang(supinasi) dengan lengan diextensikan ke kepala dan sementara kaki tempat tidur sebelah distal ditinggikan 30cm sedangkan bila lokasi lendir pada segmen posterior lobus bawah kiri dibutuhkan posisi tengkurap, bantal ditempatkan antara pinggul dan abdomen kaki tempat tidur distal pasien ditinggikan 45 cm.(8)


Pada setiap perubahan posisi pasien perlu perhatian yang serius terutama posisi extrim yang memungkinkan terganggunya pengembangan thorak atau abdomen dan hemodinamik.

3.VIBRASI :


Getaran diatas dinding thorak pada phase expirasi membantu memudahkan mobilisasi sekret yang kental dalam paru.


Sangat efektif bila memakai ultrasound walaupun demikian vibrasi manual bisa saja digunakan cuma efektifitasnya belum bisa dibuktikan.(8)

4. PERKUSI :


Ditepuk tepuk dengan telapak tangan  melengkung atau pinggir tangan atau kepalan tangan perlahan-lahan diatas daerah yang pathologis adalah tehnik yang paling baik.


Sekret yang kental akan lepas dari dinding bronchial sementara turbulensi aliran udara dalam saluran nafas membantu membongkar sekret tersebut.


Ini dilakukan dalam phase inspirasi dan expirasi.(8)

5. Bila pasien telah sadar dilatih batuk dengan syarat  tak boleh menimbulkan kelelahan.

Baik vibrasi, perkusi dan posisi khusus dilakukan 2-3 kali sehari, berganti-ganti mula-mula 15-20 menit kemudian disesuaikan dengan kemampuan pasien.


B3.VENTILASI SUPPORT
========================================================================


Indikasi ventilasi support menurut Pantoppidan :(3)

             |    Fisioterapi nafas       |        Intubasi
             |  O2,observasi ketat     |        Tracheostomi
                         
========================================================================
Ventilasi mekanik!  Frekwensi nafas/menit    !     25 - 35x          !         >35x
Vital Capacity cc/kgBB                                  !     30 - 15           !         <15
Ideal Body Weight 
Inspiratory Force cm H2O                             !     50 -  25           !         < 25
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oksigenasi        !  A - aO2 ( mm hg ) se-
                       !  telah diberi O2 100%
                       !  selama 15 menit dengan
                       !  mask--->                                 200 - 350           !         >350
PaO2                                                                200 -   70           !         < 70
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ventilasi          !    VD/VT                 !        0,4 - 0,6                  !         >0,6
                      !     PaCO2                !       45 -  60                    !         > 55
                      !                              !                                      ! kecuali  COPD

--------------------------------------------------------------------------------------------------------


Di RSDK Semarang kita berpedoman untuk pemasangan ventilator :
    Frekwensi nafas        > 35x per menit
    Vital Capacity           < 15cc perkg BB
    A - a DO2                   > 350 mmHg
    PaO2                         <   60 mmHg
    PaCO2                       >   50 mmHg

Bila fasilitas BGA tak ada bisa berpedoman pada gejala-gejala klinis hipoksia dan hiperkarbia.


PaO2          < 80 mmHg            : tensi meninggi,tachycardi,gangguan irama.
    
                 < 60 mmHg             : cyanosis jelas,tensi turun,bradikardia.

                < 35 mmHg             : cyanosis berat,koma,bradikardi extreem,cardiac 
                                                arrest.

PaCO2       > 45 mmHg            :  tachypnoe,tensi meninggi,tachycardi,kulit 
                                                panas,merah dan berkeringat.
                > 60 mmHg            :  tensi menurun,aritmia,bradikardi

                > 75 mmHg           :  mengantuk

               > 100 mmHg          :  koma

Dalam tabel Pantoppidan kita dapat menentukan sikap apakah pasien perlu dipasang ventilator atau cukup pemberian O2 dan terapi nafas saja.


Shires mengatakan penggunaan ventilator lebih dini dapat mencegah terjadinya kesulitan pernafasan.


Jadi ventilator bukan hanya untuk mengatasi kesulitan pernafasan tetapi juga mencegah berkembangnya kesulitan pernafasan(9).Tetapi pemakaian ventilator bukan tak berbahaya kalau dikendalikan yang tak terlatih faham fisiologi pernafasan dan tehnik kerja ventilator.


Lebih rumit lagi kegagalan respirasi disertai kegagalan circulasi dimana ventilator sendiri bisa memperburuk circulasi. Dalam hal ini sikap kita selamatkan ventilasi sambil lalu circulasi diperbaiki.

2.Ventilator mana yang kita pilih ?


Pada umumnya ventilator ada 3 macam :


a.Time cycle  : Inspirasi berakhir bila periode waktu tertentu telah dicapai.


b.Pressure cycle : Inspirasi berakhir kalau tekanan yang ditentukan telah tercapai.


c.Volume cycle : Inspirasi berakhir bila volume yang ditentukan telah tercapai.


Kita lebih cenderung menggunakan volume cycle ventilator  karena kemampuan alat ini memberikan tidal volume yang diinginkan bagaimanapun besarnya tekanan dijalan nafas.


Sedangkan pressured cycle effektifitasnya hanya sampai tekanan 40 mm Hg saja sehingga sedikit kenaikan tahanan jalan nafas atau penurunan compliance,tidal volume yang diharapkan tak tercapai akibatnya terjadi hipoventilasi (1,9).


Beberapa ventilator dillengkapi sarana yang secara periodik memberikan hyperinflasi sehingga dapat dicegah mikroatelectasis.


Sebenarnya bahaya mikroatelectasis dapat dicegah bila saja kita gunakan tidal volume (12-15)cc/kgBB dengan frekwensi 16-20x per menit hanya sering timbul bahaya alkalosis.


Bersambung

0 comments:

Post a Comment

T E R B A R U

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...