Sunday, September 11, 2011

Alternatif Teknik Anestesi Kontrasepsi Mantap

Bookmark and Share

Abdul Lian dr.SpAn
Bagian Anestesi  RS Dr Kariadi Semarang


Pendahuluan :


Tehnik anestesi yang ideal seharusnya memenuhi beberapa syarat :


1. Menyenangkan penderita bebas dari rasa sakit dan 
    gelisah.
2. Menyenangkan anestetist,stabil peredaran darah dan 
    pernafasan serta cepat tidur dan cepat pulih sadar.
3. Menyenangkan ahli bedah,dimana relaksasi otot 
    abdomen baik dan lapangan operasi jelas (kurang 
    pendarahan).
4. Menyenangkan ketiganya,operasi singkat,kembali sadar 
    penuh tanpa efek samping.


Teknik yang mana yang paling dipilih tergantung pada :
1. Tidak ada kontra indikasi buat penderita.
2. Jenis,lokasi dan lamanya operasi.
3. Pengalaman dan ketrampilan ahli anestesi.
4. Fasilitas yang tersedia.


Permasalahan :


Dalam menghadapi operasi kontrasepsi mantap (kontap) perlu dipertimbangan :


1. Nyeri: 
a. Pada waktu incisi kulit dan otot subumbilical.
b. Pada waktu rangsangan peritonium dan manipulasi 
    viscera bisa menimbulkan mual, mulas, serta reaksi vagal 
    reflex dengan segala manifestasi.


2. Posisi : 
   Tredelenburg (posisi kepala lebih rendah),isi abdomen 
   mendorong diaphragma ke proksimal sehingga ruang gerak 
   nafas berkurang dan darah terbendung dikepala 
   menyebabkan odema otak.


3. Pneumoperitonium:
    Pada laparascopi pengisian gas CO2 akan mendesak 
    diaphragma dan reabsorbsi CO2 meningkatkan PaCO2 
    pada respirasi spontan.


Tehnik anestesi :


Kita kenal dua macam tehnik anestesi yaitu anestesi umum dan lokal (regional):


Perbedaan mendasar diantara keduanya adalah masalah kesadaran penderita.


Kehilangan kesadaran penderita disebabkan obat anestesi sekaligus mempengaruhi mekanisme kompensasi bila terjadi gangguan sirkulasi atau respirasi.


Hal ini yang perlu dipertimbangkan pada setiap pemberian anestesi umum demi kelancaran dan anestesi dan keamanan penderita.


Tetapi tidak semua bisa dilakukan anestesi lokal terutama pasien yang sangat cemas tanpa alasan dan operasi berlangsung lama tidak ada alternatif lain selain anestesi umum.


Tapi begitupun tidak ada kontra indikasi untuk anestesi umum bagaimanapun kondisi pasien.


Ini sangat tergantung pada pengalaman dan ketrampilan ahli anestesi itu sendiri bagaimana dia melakukannya. 


Jadi tidak ada istilah ini adalah tehnik anestesi yang paling aman untuk tiap jenis operasi karena semuanya ditentukan oleh the man behind the gun yaitu ahli anestesinya.


Yang penting setiap melakukan anestesi harus diantisipasi apa penyulit yang akan terjadi dan bagaimana mengatasi
nya dengan mempersiapkan obat emergensi dan alat resusitasi sekecil apapun operasinya.


A. Anestesi lokal :


Cukup dengan infiltrasi kulit/otot subumbilicalis dengan lidokain 1-2% tanpa adrenalin,dosis maksimal 5 mg/kgBB,untuk menghilangkan nyeri waktu insisi,


Saat mencapai peritonium,pendorongan usus dan pengaitan tuba Fallopii,akan terjadi nyeri visceral(mual,mulas), hal ini dapat menyebabkan vagal reflex dengan manifestasi hipotensi, bradikardi sampai henti jantung,


Anestesi lokal maupun regional tidak mentolerir manipulasi viscera.


Untungnya umumnya penderita masih muda dan sehat sehingga mekanisme kompensasinya cukup baik,bila manipulasinya halus tampaknya lebih aman tetapi untuk operator pemula anestesi lokal kurang terpilih.


Kemungkinan terjadi reaksi toksis maupun allergi tetap terbuka untuk itu kesiapan harus ada.


B. Anestesi lokal plus neurolep analgesia :


Neurolep analgesia adalah satu keadaan dimana penderita tetap sadar tetapi tidak merasa sakit sebagai hasil kerja obat neuroleptik dan analgetik yang kuat. 


Sebagai neuroleptik digunakan dropridol yaitu golongan butirofenon,sedangkan sebagai analgetik digunakan fentanil merupakan derivat sintetik petidin dimana tidak mempu
nyai efek hipnotik tapi daya analgetiknya cukup kuat 50x kekuatan morfin.


Dengan tehnik ini penderita agak somnolen tetapi mudah dibangunkan,hemodinamik stabil, acuh dengan sekelilingnya,tidak merasa sakit dan amnesia yaitu lupa terhadap peristiwa yang dialaminya.


Perlu dibantu anestesi lokal karena kurang toleransi terhadap insisi kulit.


Pemberian cairan yang cukup untuk mengkompensir vasodilatasi untuk mencegah renjatan. 


Bila terjadi rigiditas otot terutama otot pernafasan beri pelemas otot dan siap ventilasi buatan.


Prosedur sama seperti anestesi umum,yaitu puasa 6 jam pre induksi,premedikasi dengan sulfas atropin 0,01mg/kgBB
dropridol o,1 mg/kg BB,fentanil 0.001 mg/kgBB,dalam satu spuit disuntikkan intra muskular 30-40 menit pre induksi.


Induksi :


Dropridol 0,2 mg/kgBB,intra vena 30-60 detik,tunggu 3-5 menit.


Fentanil 0,002 mg/kgBB,intra vena selama 30-60 detik
tunggu 3-5 menit, lidokain 2% infiltrasi,tunggu 2-3 menit,operasi bisa dimulai.


Bila perlu dosis tambahan fentanil 0,001 mg/kgBB intra vena.


C. Anestesi umum :


Bisa dilakukan dengan tehnik inhalasi atau intravena.
Tehnik inhalasi memerlukan alat khusus, mahal.


Obat inhalasi bisa digunakan ether,ethrane,halothane,
isoflurane,sevoflurane maupun N2O.


Ether kurang efektif,karena induksi lama dan masa pulih juga lama,merangsang saluran nafas walaupun dapat memberi trias anestesi sempurna.


Halothane,ethrane,isoflurane apalagi sevoflurane mahal,tetapi induksi dan masa pulih cepat, tetapi cenderung menimbulkan aritmia,hipoventilasi terutama halothane dan ethrane.


N2O analgetiknya kuat tetapi hipnotik lemah,tidak bisa diberikan secara tunggal. 


Dengan respirasi spontan pemakaian agent diatas cende
rung mendepressi ventilasi apalagi didukung oleh posisi Tredelenburgh dan pneumopritonium keadaan hiperkarbia mudah terjadi.


Halothane dan ethrane mudah terjadi aritmia dalam kondisi hiperkarbia atau hipoksia. N20 kontra indikasi pada pneumoperitonium,pneumothorak atau pneumoencephalus. 


Untuk mencegah ini tampaknya anestesi seimbang(balance anesthesia) dengan nafas kendali lebih terpilih dan aman, dimana ventilasi lebih terjamin,relaksasi otot cukup,
pemakaian agent lebih sedikit,alias lebih hemat.


Penggunaan halothane 0,5%,N2O 50% dan O2 50% ditambah pelemas otot secukupnya mampu memberikan trias anestesi memuaskan.(hipnotisk analgesik dan relaksasi otot).


Tetapi tehnik ini memerlukan ketrampilan dalam mengendalikan ventilasi,dan perlu pengamatan yang serius pada waktu dekurarisasi dimana efek vagal cukup menonjol(hipotensi,bradikardi).


Pemantauan analisa gas darah sangat membantu adanya hipoksia,hiperkarbia atau hipokarbia maupun asidosis
/alkalosis.


D. Tehnik Intravena :


Umumnya obat yang digunakan adalah ketamin,dimana fasilitas untuk pemakaiannya minimal, mudah didapat,daya analgesiknya cukup kuat,bisa digunakan sebagai anestesi tunggal.


Mula kerja cepat 30-60 detik,sadar kembali setelah 15-30 menit pemberian intra vena.


Dosis induksi 0,5-1,5 mg/kgBB intra vena perlahan lahan(1-2) menit,atau kira- kira 20 mg per menit,bila perlu diulang setengah dosis awal sesuai kebutuhan.


Bila sudah timbul nystagmus biasanya operasi sudah bisa dimulai,dosis tambahan diberikan kalau ada gerakan sehubungan rasa nyeri.


Hipersalivasi yang timbul bisa dicegah dengan pemberian sulfas atropin 0,01 mg/kgBB 30 menit pre induksi.


Depressi nafas bisa dihindari dengan pemberian secara perlahan-lahan dan diencerkan jadi 10 mg/cc intra vena.
Reaksi delirium/haluksinasi yang timbul akibat ketamin bisa dikurangi dengan pemberian diazepam 10 mg intra vena sebelum pemberian ketamin.
Pemberian diazepam sebagai premedikasi dilaporkan dapat mengurangi efek depresi ketamin. 
Kenaikan frekuensi denyut jantung kira kira 35% dan kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 20-40 mmHg sangat menguntungkan dapat mengurangi resiko bradikardi dan hipotensi akibat reaksi vagal karena manipulasi viscera.
Namun ketamin diindikasi kontrakan pada tekanan darah sistolik > 160 mmHg, cedera otak atau riwayat konvulsi serta kelainan jantung ischemia.
Ingat selama anestesi berlangsung sampai sadar penuh jalan nafas harus bebas.


Ringkasan :
Dalam memilih teknik anestesi harus selalu berorientasi pada keamanan/kenyamanan pasien. 
Pengalaman dan ketrampilan baik ahli bedah maupun ahli anestesi sangat menentukan pilihan teknik anestesi.
Bila mungkin pilihlah tehnik yang paling mudah,murah,dan aman untuk pasien dan ligkungan. 
Setiap tindakan anestesi baik lokal atau umum,bagaimana
pun singkatnya prosedur,harus siap pakai perlengkapan minimal resusitasi.diruang operasi.


Rujukan :


1. Atkinson RS et al: Synopsis of Anesthesia ed.8 ELBS 1977.


2. Albin  MS :  Pharmacology of Ketamine Clinical Complementation in Hospital setting. Satelite Symposia Anesthesia in Asean Region,1985.


3. Dundee JW,Wyant: Intra venous anesthesia ,Churchill Livingstone,Edinburg and London 1974.


4. Raharjo E:  Landasan Farmakologi dan Patofisiologi pemilihan obat anestesi untuk kontrasepsi mantap,Seminar Kontap 1990.

0 comments:

Post a Comment

T E R B A R U

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...