Kita ketahui bahwa pembedahan dibidang urologi meliputi pembedahan terbuka dan endoskopi.
Pembedahan terbuka hampir sama dengan pembedahan abdomen lainnya sementara pembedahan endoskopi memerlukan pertimbangan khusus karena lebih banyak masalah yang menyertainya.
Namun sekecil apapun pembedahan yang dilakukan dalam kondisi ginjal lemah/gagal melakukan fungsinya tetap memberikan resiko yang tinggi. Semakin luas operasinya semakin lama waktu yang dibutuhkan semakin tinggi resiko operasinya. Untuk itu perlu persiapan operasi yang optimal terutama penguasaan masaalah renal fisiologi, patologi dan renal farmakologi.
EVALUASI PRE OPERATIF :
A. Ada beberapa kemungkinan yang dihadapi dalam mengelola penderita gagal ginjal yang akan menjalani pembedahan dimana dibutuhkan anestesi.
Apakah penderita gagal ginjal akut( GGA) menjalani pembedahan darurat atau gagal ginjal kronis yang menjalani pembedahan darurat atau elektif.
Perubahan fungsi ginjal mendadak pada GGA disertai perubahan yang cepat keseimbangan elektrolit, homeostasis dan asam basa bisa menyebabkan angka kematian GGA sekitar 30-40% walaupun sudah dikelola dengan baik.
Apalagi diagnosa GGA terlambat sehingga iskemia renalis cukup berat, atau akut tubular nekrosis sebagai kausanya,
Dalam kondisi seperti ini kalau dilakukan pembedahan/ anestesi, kematian akan meningkat sampai 60% dan untuk bedah mayor dapat mencapai 90%. Dengan pertimbangan tersebut bedah elektif tak dapat dibenarkan dilakukan pada penderita GGA. Apalagi penderita GGA tak mampu mento
lerir adanya anemia dan sulit menentukan status volume intra vaskular oleh sebab bila GGA karena sepsis atau syok hipovolemi penderita mungkin telah mendapat resusitasi cairan yang berlebihan sehingga terjadi hipervolemi semen
tara bila tergolong non oliguri atau bila berada pada fase diuresis mungkin saja sedang hipovolemia.
Namun bila bedah darurat tak bisa ditawar lagi demi keselamatan nyawa seperti gawat janin maka resiko siap dihadapi. Perlu diketahui bahwa hanya ada empat keadaan dimana bedah darurat benar-benar harus segera dilakukan yaitu :
a. Perdarahan tidak terkontrol
b. Penyulit respirasi yang mengancam
c. Henti jantung (emboli arteri)
d. Gawat janin
Diluar keadaan tersebut masih mungkin ditunda operasi satu atau dua jam untuk mempersiapkan penderita mendekati optimal.
Pada kasus gagal ginjal kronis (GGK) yang berat walaupun sudah ada toleransi dan adaptasi penderita terhadap ane
mia dan perubahan status volume cairan dan elektrolit bila dilakukan bedah darurat tetap berisiko tinggi,
Oleh karena itu putusan apakah benar benar darurat sangat menentukan nasib penderita. Perlu diketahui penderita gagal ginjal dengan kadar kreatinin serum >3mg% bersama hipertensi tanpa intervensi pembedahan/anestesipun prognosenya cukup jelek.
Oleh karena itu putusan apakah benar benar darurat sangat menentukan nasib penderita. Perlu diketahui penderita gagal ginjal dengan kadar kreatinin serum >3mg% bersama hipertensi tanpa intervensi pembedahan/anestesipun prognosenya cukup jelek.
Apalagi gagal ginjal tak berdiri sendiri selalu disertai penyulit kardiovaskular, respirasi dan gagal hepar semakin memperuncing kondisi penderita.
Mayoritas kasus urologi adalah usia lanjut dengan problema khusus antara lain:
1. Sering disertai penyakit degeneratif dimana autoregulasi
semua organ menurun.
semua organ menurun.
2. Perubahan sensori, kebingungan dan eksitasi membutuh
kan sedasi yang eksesif.
kan sedasi yang eksesif.
3. Cenderung dengan sphincter gastro oesofageal yang
inkompeten, oesofageal reflux, hiatus hernia sehingga
inkompeten, oesofageal reflux, hiatus hernia sehingga
mudah terjadi aspirasi.
4. Daya tahan tubuh sudah menurun memudahkan kena
infeksi.
infeksi.
5. Hilangnya otot-otot wajah dan kurangnya gigi, sulit
mencari sungkup muka yang sesuai
mencari sungkup muka yang sesuai
Ingat bahwa stress pembedahan /anestesi akan meningkat
kan katekolamin, renin angiotensin yang dapat menurunkan aliran darah renal (RBF) dan keceparan filtrasi glomerulus
(GFR) serta pelepasan anti diuretik hormon (ADH) dan aldos
teron yang meningkatkan retensi natrium dan air sehingga meningkatkan volume intravaskular.
kan katekolamin, renin angiotensin yang dapat menurunkan aliran darah renal (RBF) dan keceparan filtrasi glomerulus
(GFR) serta pelepasan anti diuretik hormon (ADH) dan aldos
teron yang meningkatkan retensi natrium dan air sehingga meningkatkan volume intravaskular.
B.Perubahan fungsi ginjal menyebabkan perubahan fisiologi
tubuh yang banyak menimbulkan masalah :
tubuh yang banyak menimbulkan masalah :
1. Perubahan fungsi exkresi dan reabsorbsi ginjal dapat
merubah farmakodinamik/kinetik obat-obatan yang
digunakan, diperlukan penyesuaian dosis dan selektifitas
dalam memilih obat-obat yang digunakan.
merubah farmakodinamik/kinetik obat-obatan yang
digunakan, diperlukan penyesuaian dosis dan selektifitas
dalam memilih obat-obat yang digunakan.
2. Perubahan volume intravaskular disebabkan retensi
natrium dan air yang cenderung overload bila pemasukan
cairan tak diperhitungkan.
natrium dan air yang cenderung overload bila pemasukan
cairan tak diperhitungkan.
3. Perubahan kimia darah dan elektrolit yang harus segera
dikoreksi seperti meningginya kadar ureum, kalium,
fosfat dan rendahnya natrium.
dikoreksi seperti meningginya kadar ureum, kalium,
fosfat dan rendahnya natrium.
4. Metabolik asidosis yang disebabkan meningkatnya asam
inorganik fosfat dan sulfat yang dalam keadaan normal
dikeluarkan oleh ginjal dalam hal ini gagal dieksresi
disertai menurunnya kadar bikarbonat plasma oleh sebab
hiperkatabolisme sekunder.
inorganik fosfat dan sulfat yang dalam keadaan normal
dikeluarkan oleh ginjal dalam hal ini gagal dieksresi
disertai menurunnya kadar bikarbonat plasma oleh sebab
hiperkatabolisme sekunder.
Asidosis meningkatkan kalium serum (hiperkalimia)
bersama sama dapat meningkatkan sensitifitas myokard
terhadap katekolamin.
bersama sama dapat meningkatkan sensitifitas myokard
terhadap katekolamin.
Setiap kenaikan pH 0,1 bisa menikkan kalium serum 0,6
meq/L.
meq/L.
5. Anemia :
a. Bisa oleh karena menurunnya produksi eritropoetin serta
melemahnya proses eritropoesis, pendeknya survival
eritrosit, serta hemolisa yang mengancam terjadinya
hipoksia oleh karena menurunnya kapasitas membawa
oksigen.
melemahnya proses eritropoesis, pendeknya survival
eritrosit, serta hemolisa yang mengancam terjadinya
hipoksia oleh karena menurunnya kapasitas membawa
oksigen.
b. Gangguan koagulasi oleh karena penurunan daya agrega
si platelet.
si platelet.
6. Perubahan kardiovaskular berupa hipertensi sampai
kegagalan jantung oleh karena kecenderungan kelebihan
cairan dan aritmia oleh karena gangguan keseimbangan
elektrolit, asidosis dan katekolamin yang tinggi.
kegagalan jantung oleh karena kecenderungan kelebihan
cairan dan aritmia oleh karena gangguan keseimbangan
elektrolit, asidosis dan katekolamin yang tinggi.
7. Perubahan neuromuskular antara lain peripheral neuro
pati/spastisiti terutama motorik neuropati autonomik
yang sering menimbulkan hipotensi perioperatif.
pati/spastisiti terutama motorik neuropati autonomik
yang sering menimbulkan hipotensi perioperatif.
8. Perubahan gastro intestinal berupa mual, muntah,
pengosongan lambung terlambat sehingga cenderung
terjadi aspirasi.
pengosongan lambung terlambat sehingga cenderung
terjadi aspirasi.
9. Gangguan jiwa/status mental yang kadang kadang
memerlukan sedasi yang berlebihan pada hal overdosis
cenderung terjadi pada gagal ginjal.
memerlukan sedasi yang berlebihan pada hal overdosis
cenderung terjadi pada gagal ginjal.
C. Teknik pembedahan urologi sendiri menimbulkan masalah
anestesi yang cukup potensil.
anestesi yang cukup potensil.
1. Posisi penderita disatu sisi memudahkan operator
sementara disisi lain menambah masalah anestesi.
sementara disisi lain menambah masalah anestesi.
a.Posisi lateral dekubitus biasanya pada operasi
ginjal/proksimal ureter :
ginjal/proksimal ureter :
a1.Cenderung membuat VA/Q imbalans dimana perfusi
lebih banyak dibagian paru sisi lateral bawah
sedangkan tekanan positif lebih banyak keparu sisi
lateral atas, sehingga hipoksia lebih mudah terjadi.
lebih banyak dibagian paru sisi lateral bawah
sedangkan tekanan positif lebih banyak keparu sisi
lateral atas, sehingga hipoksia lebih mudah terjadi.
a2. Akibat kompressi vena cava inferior aliran darah
balik yang berasal dari extrimitas inferior dan
abdomen terhambat langsung menyebabkan
penurunan venous return dan cardiac output serta
hipotensi.
balik yang berasal dari extrimitas inferior dan
abdomen terhambat langsung menyebabkan
penurunan venous return dan cardiac output serta
hipotensi.
b. Posisi tengkurap (prone position) seperti pada perkuta
neus ultrasonik lithotripsi:
neus ultrasonik lithotripsi:
Dimana abdomen diganjal untuk mengoptimalkan
posisi ginjal bisa menghambat respirasi yang cukup
berarti, terutama pasien obesitas.
Pada waktu merubah posisi telentang keposisi tengku
rap atau sebaliknya selalu disertai perubahan hemodi
namik yang nyata.
posisi ginjal bisa menghambat respirasi yang cukup
berarti, terutama pasien obesitas.
Pada waktu merubah posisi telentang keposisi tengku
rap atau sebaliknya selalu disertai perubahan hemodi
namik yang nyata.
Untuk mencegah ini volume intravascular haruslah
cukup dan anestesi tak boleh terlalu dalam.
cukup dan anestesi tak boleh terlalu dalam.
c. Posisi lithotomi biasa pada transurethral resection(TUR)
/perineal prostatectomi:
/perineal prostatectomi:
c1,Ventilasi dihambat oleh karena retriksi gerakan
diaphragma terutama penderita obesitas.
diaphragma terutama penderita obesitas.
Makin ekstrim posisi kaki, makin lama operasi makin
besar kemungkinan atelektasis dan hipoksia dan
cenderung menimbulkan emboli karena adanya
gradient gravitasi antara luka operasi dan jantung.
besar kemungkinan atelektasis dan hipoksia dan
cenderung menimbulkan emboli karena adanya
gradient gravitasi antara luka operasi dan jantung.
c2. Pada saat menempatkan posisi kaki bisa meningkat
kan aliran balik lebih kurang 1500 cc resiko bila ada
kelemahan jantung.
kan aliran balik lebih kurang 1500 cc resiko bila ada
kelemahan jantung.
c3. Hipotensi kadang-kadang terjadi oleh jeleknya
tonus vaskular, bisa karena effek sekunder general
atau regional anestesi, oleh sebab itu merubah
posisi dalam keadaan teranestesi harus waspada.
tonus vaskular, bisa karena effek sekunder general
atau regional anestesi, oleh sebab itu merubah
posisi dalam keadaan teranestesi harus waspada.
2.Tipe pembedahan urologi sendiri punya masalah
tersendiri :
tersendiri :
Pada TUR biasa untuk obstruksi prostat atau lesi
kandung kemih.
kandung kemih.
a. Cairan irigasi yang digunakan selama pemeriksaan
urethra dan kandung kemih untuk mengembangkan
kandung kemih dan mencuci dari darah dan potongan
jaringan adalah air biasa sementara sinus venosus
terbuka selama reseksi prostat sehingga berhubungan
langsung dengan sirkulasi. Makin besar prostat yang
direseksi makin lama prosedur makin banyak air irigasi
memasuki sirkulasi makin cenderung terjadi overload
cairan dimana masuknya cairan kesirkulasi akan lebih
dipermudah oleh karena tekanan cairan irigasi lebih
besar dari tekanan vena. Akibatnya timbul deretan
masalah antara lain:
urethra dan kandung kemih untuk mengembangkan
kandung kemih dan mencuci dari darah dan potongan
jaringan adalah air biasa sementara sinus venosus
terbuka selama reseksi prostat sehingga berhubungan
langsung dengan sirkulasi. Makin besar prostat yang
direseksi makin lama prosedur makin banyak air irigasi
memasuki sirkulasi makin cenderung terjadi overload
cairan dimana masuknya cairan kesirkulasi akan lebih
dipermudah oleh karena tekanan cairan irigasi lebih
besar dari tekanan vena. Akibatnya timbul deretan
masalah antara lain:
a1. Meningkatnya volume sirkulasi dan berkembangnya
kegagalan ventrikel kiri, odema paru dan otak.
a2. Hiponatrimia oleh karena hemodilusi, kadar Na bisa
lebih rendah dari 120 meq/L.
a3. Hemolisis eritrosit yang beredar oleh karena masuknya
cairan hipotonis ke intracellular.
cairan hipotonis ke intracellular.
a4. Kedinginan/ menggigil oleh karena suhu cairan irigasi
tak sesuai dengan temperatur tubuh apalagi kalau tidak
steril.
tak sesuai dengan temperatur tubuh apalagi kalau tidak
steril.
b. Perdarahan abnormal disebabkan faktor jaringan prostat
yang mengaktifkan fibrinolisin.
yang mengaktifkan fibrinolisin.
Terjadinya dessiminated intravascular coagulation (DIC)
oleh karena masuknya jaringan prostat kedalam sirkulasi
dalam jumlah besar mengaktifkan koagulasi darah dan
agregasi platelet.
oleh karena masuknya jaringan prostat kedalam sirkulasi
dalam jumlah besar mengaktifkan koagulasi darah dan
agregasi platelet.
c. Perdarahan yang timbul selama TUR prostatektomi
sangat sulit diperhitungkan oleh cairan irigasi memasuki
sirkulasi menghilangkan tanda tanda hipovolemia.
sangat sulit diperhitungkan oleh cairan irigasi memasuki
sirkulasi menghilangkan tanda tanda hipovolemia.
d. Perforasi kandung kemih menyebabkan ekstravasasi
cairan irigasi bersama urine yang menyebabkan sepsis.
cairan irigasi bersama urine yang menyebabkan sepsis.
Perforasi bisa terjadi pada saat:
- Akhir reseksi yang dalam dari kapsul prostat.
- Selama fulgurasi tumor kandung kemih
- Insersi rectoscope kedalam trabekulae yang
berdinding tipis.
berdinding tipis.
- Stimulasi nervus obturatorius /spasmo muskulus
obturatorius.
obturatorius.
Pada saat perforasi bila penderita sadar akan lebih dini
diketahui dan tindakan terapi segera diberikan, inilah
salah satu alasan kenapa regional analgesia lebih terpilih.
diketahui dan tindakan terapi segera diberikan, inilah
salah satu alasan kenapa regional analgesia lebih terpilih.
D.Pada transplantasi ginjal selalu diberi immuno supressant
(cyclosporine, azathioprine) untuk mencegah rejeksi
transplant oleh tubuh(resipient) akibatnya penderita
gampang terinfeksi untuk ini perlu dijaga setiap manipula
si harus benar benar asepsis.
(cyclosporine, azathioprine) untuk mencegah rejeksi
transplant oleh tubuh(resipient) akibatnya penderita
gampang terinfeksi untuk ini perlu dijaga setiap manipula
si harus benar benar asepsis.
Bersambung
0 comments:
Post a Comment